Senin, 26 Agustus 2019

Agustus 26, 2019 2

REVIEW KKN DI DESA PENARI


REVIEW KKN DI DESA PENARI


Haloha writers, apa kabarnya? Selasa menggoda jangan lupa bahagia ngomongin cerita horror yuk 😊 kebetulan nih habis baca cerita yang lagi viral di twitter yaitu KKN di Desa Penari hingga aku beneran kepo di mana sih lokasinya? Hahaha…. Baca koment-koment di twitter maupun yang sudah review di yutub juga… dan… yasudahlah dijadikan cukup tahu aja yah 😊

Bdw, sebelum aku menulis reviewnya, aku sudah membaca dari sudut pandang Nur maupun Widya—tokoh yang ngalaminnya secara langsung. Menurut aku nih writers yang kadang demen nonton film horror, KKN di Desa Penari ini kalau dijadikan film pasti bakalan horror banget. Bisa jadi rivalnya Pengabdi Setan. Serius dech… etapi, meskipun horror, bakalan banyak hikmah yang bakal kita petik kok 😊


Sebagai seorang muslim, aku sih percaya kalau yang ghaib itu ada. Entah di balik cerita ini beneran atau malah fiksi, ya alam lain atau kehidupan lain itu ada. Sebagai seorang manusia yang ditakdirkan dengan kesempurnaan dibandingkan dengan makhluk lainnya, kita harus saling menghargai dan menjunjung tinggi etika di manapun kita berada. Jangan ngelanggar larangan dan norma yah

Oke, langsung cuz Review KKN di Desa Penari aja ya writers 😊

Jadi writers, sebenarnya yang KKN di Desa Penari ini ada 14 orang yah, akan tetapi dalam cerita hanya diceritain 6 orang saja karena itu yang saling berkaitan. Mereka ini adalah Wahyu, Anton, Bima, Ayu, Nur dan Widya.

Cerita berawal saat Ayu dan kawan-kawannya tengah mencari tempat untuk KKN. Dengan bantuan kakaknya—Ilham—Ayu akhirnya mengajak Nur untuk observasi ke Desa Penari. Desa ini berada di ujung timur, letaknya di tengah hutan dan tidak bisa dilewati mobil. Jadi, jika ingin ke Desa Penari ini kita hanya bisa naik motor lewat jalan setapak. Itupun melewati hutan yah writers, dan jarak desa dari jalan raya itu sekitar 30 menitan lah.

Dengan diantarkan oleh Ilham, Ayu dan Nur pun berangkat ke Desa Penari. Dan dalam perjalanan, pas lampu merah, ada kakek-kakek pengemis. Beliau menatap Nur iba, menggeleng seolah memberi isyarat : jangan ke sana. Akan tetapi, Nur bisa apa?

Setelah sampai di pinggir hutan menuju Desa Penari, mobil yang ditumpangin Nur, Ayu dan Ilham ini berhenti. Sudah ada segerombolan warga yang menjemputnya. Dan di tengah perjalanan… sesuatu yang ganjil sudah terjadi dengan Nur. Nur yang jebolan pondok ini bisa melihat sesuatu yang ghaib writers. Di tengah hutan, dia mendengar suara gamelan, terus dia juga melihat seorang wanita cantik yang tengah menari di tengah hutan. Dan hanya Nur sih yang bisa ngelihatnya.

Akhirnya, Ilham, Ayu dan Nur pun sampai di Desa Penari. Pak Kepala Desa, Pak Prabu yang juga teman Ilham menyambutnya hangat. Dan sebenarnya Pak Prabu ini menolak keinginan Ayu yang ingin KKN di Desa Penari ini. Tapi… Ayu ngotot sampai nangis-nangis dan janji enggak bakalan berbuat yang enggak-enggak. Enggak enak sama si Ilham, akhirnya Pak Prbau menyetujuinya.

Setelah disetujui, Ayu dan Nur sempat keliling desa gitu deh. Mau melihat tempat-tempat yang bakalan dijadikan prokernya. Di dekat makam, ada sebuah batu besar tertutup kain hitam dan merah, ada sesajennya, di situlah Nur melihat sesuatu yang dia sebut genderuwo. Tapi, Nur hanya diam saja. Makhluk itu seolah enggak suka sama Nur gitu deh… lagi dan lagi,  Nur bisa apa?

Nur, Ayu dan Ilhampun akhirnya pulang. Di sepanjang perjalanan, Nur terus berpikir. Sebenarnya dia ragu, haruskah berlanjut nekat KKN di sana? Tapi… Ayu ngotot bahkan dia menyuruh Nur agar mengajak Bima. Secara, Bima dan Nur itu teman sepondokan dulu.

Okelah… singkat cerita, Nur, Ayu, Widya, Bima, Wahyu dan Anton pergi ke Desa Penari untuk KKN. Sebelumnya, ibunya Widya sih sudah melarang Widya buat enggak KKN di desa itu. Namanya firasat ibu kan ya? Sudah enggak baik duluan. Pun dengan Nur. Dan sewaktu dalam perjalanan, kakek-kakek pengemis itu kembali menggedor-gedor kaca mobil elf yang ditumpangi Nur CS. Masih dengan misi yang sama : jangan dilanjutkan.

Sesampainya di pinggir hutan, Ayu CS sudah ditunggu oleh para warga. Dan lagi… Nur kembali mendengar suara gamelan itu. Pun dengan Widya. Parahnya lagi, perjalanan yang sebenarnya Cuma 30 menit itu terasa sejam lebih buat Widya. Terus, Nur yang bisa melihat alam lain juga merasa diikuti oleh genderuwo itu.

Singkat cerita aja, hal-hal ganjil mulai terjadi satu persatu. Di mulai sewaktu Pak Prabu mengantar anak-anak KKN untuk keliling desa. Makam di desa itu, batu nisannya ditutupi oleh kain hitam. Terus, ada pula tempat yang benar-benar dilarang agar tidak dijamah. Dan tempat itu dibatasi dengan kain merah dan hitam. Terus… ada kejadian ganjil pula sewaktu Widya dan Nur mandi di Sinden—penulis menyebutnya Sinden, mungkin yang dimaksud adalah sendang). Kala itu Nur duluan yang mandi, saat mandi Nur merasa diikuti genderuwo itu, terus dia juga mendengar seorang tengah berkidung. Dan sebaliknya, Widya yang menunggunya di luar juga mendengar Nur tengah berkidung. Terus saat Widya mandi, dia merasa ada yang mengikuti juga. Pokoknya, banyak hal-hal ganjil terjadi hingga akhirnya Nur memberanikan diri ke rumah Pak Prabu di mana di situ ada mbah-mbah tua yang dipanggil Mbah Buyut. Nur bercerita tentang semua hal ganjil yang terjadi padanya dan ternyata… ada yang menjaga Nur. Seorang nenek-nenek yang konon katanya neneknya Nur, dan penunggu desa itu tidak menyukainya. Akan tetapi, penjaga Nur tidak bisa dilepaskan karena sudah digembok dengan Nur, karena jika lepas, Nur yang akan meninggal. Dan salah satu cara agar Nur tidak diganggu sewaktu KKN ya melepaskan penjaga Nur tapi tidak jauh dari Nur.

Hal ganjil yang terjadi adalah Widya yang tiba-tiba menari di pelataran rumah warga yang ditumpanginya. Yang konon katanya, Widya diikuti oleh seorang penari dan memang menginginkan Widya. Dan kata Mbah Buyut, jangan sampai Widya dibiarkan sendirian.

Terus hal ganjil yang terjadi pada Bima adalah Bima yang diam-diam sering keluar malam, pulang membawa sesajen dan menaruh foto Widya di atas sesajennya. Wahyu dan Anton juga sering melihat Bima onani. Anehnya, Wahyu dan Anton sering mendengar Bima tengah tertawa-tawa, tersenyum-senyum sendiri dan di kamarnya kadang ada suara wanita.

Tapi… ada hal ganjil yang paling mengerikan itu sewaktu Wahyu dan Widya pergi ke kota untuk membeli beberapa perlengkapan proker. Sebelumnya, Pak Prabu sudah mewanti-wanti agar Wahyu dan Widya jangan pulang sampai hari gelap. Tapi mereka melarangnya. Bahkan, saat Wahyu dan Widya beli cilok, pedagang cilok juga sudah mewanti-wanti agar segera kembali kalau enggak ya cari penginapan. Tapi Wahyu dan Widya ngotot ingin kembali, penjual cilokpun berpesan agar mereka mengabaikan apa yang terjadi di sepanjang jalan. Jangan tergoda.

Tapi sialnya, motor yang dinaiki Wahyu dan Widya malah mogok di tengah hutan. Wahyu dan Widya tahu, tidak ada desa lain selain desa penari, tapi anehnya di perjalanan dia melihat keramaian, suara gamelan dan penari. Wahyu dan Widya diajak mampir, motor mereka diperbaiki. Wahyu dan Widya dijamu sampil menonton penari. Bahkan, dia diberi oleh-oleh. Dan sampai di pondokan…. Oleh-oleh yang tadi dilihat Wahyu adalah makanan ternyata adalah kepala monyet dengan darah yang masih segar…. #ngeri

Masih banyak hal ganjil terjadi lainnya, seperti Widya yang meminum air yang ternyata ada rambutnya. Terus Widya yang melihat Nur marah-marah dan ternyata jelmaan dari yang menjaga Nur. Widya yang menghilang dan pergi ke Sinden larangan—oh ya, Sinden/Sendangnya ini ada 2 ya writers, di mana yang satunya itu bisa digunakan untuk mandi dan dulu sih digunakan para penari untuk mandi sebelum tampil dan ada satu sinden yang tidak boleh dijamah tadi. Widya yang melihat Ayu menangis sambal menari, Widya juga melihat Bima bersama ular-ular. Ngeri bangetlah pokoknya.

Hingga cerita berakhir dengan Ayu yang melotot seperti mayat hidup dan Bima yang kejang-kejang terus akhirnya meninggal. Disusul 3 bulan kemudian Ayu juga meninggal setelah berobat ke mana-mana tapi tak kunjung pulih.

Dan ternyata, kunci di balik semua itu ada pada Ayu dan Bima. Bima yang berniat mau memelet Widya. Bima dan Ayu yang menyimpan mahkota dan selendang sang penari. Terus, Bima dan Ayu yang telah berbuat mesum di Sinden yang terlarang. Duh…

Dan ternyata… sebenarnya Widya dan Nurlah yang selama ini diincar. Tetapi Nur ada yang menjaganya dan malah salah sasaran. Oh ya, Widya dan Nur yang diincar karena mereka masih perawan.

Jadi writers, di desa penari ini kalau ada perawan atau perjaka yang sudah akil baligh memang sering digoda lelembut gitu. Bahkan anak-anak di desa itu kalau sudah akil baligh malah disuruh merantau atau pergi jauh dari desa gitu. Dan sebenarnya, di dekat desa itu ada desa lelembut gitu, ya kayak desa ghoiblah ya.

Pesan yang dapat kita ambil dari cerita ini tuh banyak, diantaranya :
1.    Jaga etika di manapun kita berada, apalagi di tempat yang baru karena kita tidak pernah tahu sejarahnya kayak apa
2.    Ikuti aturan. Kalau dilarang ya jangan melanggar
3.    Plis deh… jaga nafsunya. Apalagi berbuat mesum dan berhubungan badan di sembarang tempat. Belum nikah lagi. Bukan Cuma di agama saja yang dilarang, tapi itu juga melanggar norma (Baca : Review Dua Garis Biru)
4.    Sempat lupa cerita, Bima ini kan lulusan pondok dan covernya religious. Cover religious bukan jaminan yah, wong dia bisa tuh berbuat mesum di tempat terlarang apalagi sampai niat hati memelet Widya
5.    Jangan ambil jalan pintas. Melet? Duh, cinta sih cinta, tapi jangan syirik yah 😊
6.    Firasat seorang ibu itu banyak benarnya. Jangan disepelekan apalagi bilang : argh, Cuma perasan…
7.    Setiap perbuatan pasti ada pertanggungjawabannya
8.    Ghoib itu ada. Jin itu ada. Ada yang baik dan ada yang jahat. Jadi… lebih baik saling menghormati saja

Oh ya, writers yang penasaran bisa deh langsung baca di twitter @SimpleM81378523 atau cari di yutub soal desa penari ini.

Saranku, bacanya siang aja kalau writers agak penakut. Aku baca siang aja bisa merinding kok… hehehe… lumayan horror sih. Dan kalau dijadiin film, pengen nonton… hahaha 😊 gimana kalau writers semuanya? Oh ya, yang sudah baca, yuk ah ngobrolin di kolom komentar… pendapat writers semua tentang KKN di Desa Penari ini apa?